Acara ini hasil kerjasama antara penerbit Semut Api, HM Sejarah FIB, LPM Hayam Wuruk, dan BEM FIB di Gedung Serbaguna FIB Universitas Diponegoro, Rabu, 19 Februari 2025. Tampil sebagai penanggap diskusi, Rafi Aliefanto, Mahasiswa Sejarah FIB & LPM Hayam Wuruk.

Bedah buku dimulai dengan penjabaran tentang perjalanan Asmara Hadi; sastrawan, jurnalis, aktivisi pergerakan nasional yang di era kemerdekaan (Demokrasi Terpimpin) menjadi salah satu anggota MPRS & Ketua Umum Partai Indonesia (Partindo). Lahir di Bengkulu, ia “kabur” dari rumah pada usia 14 tahun dan belajar langsung pada Bung Karno. Asmara Hadi juga menjadi redaktur surat kabar Fikiran Rakjat, yang didirikan Bung Karno sepanjang 1931-1934.

Asmara Hadi juga ikut dalam pembuangan Bung Karno di Ende, Flores (Nusa Tenggara Timur), dan kemudian menikah dengan Ratna Djuami; anak angkat Bung Karno & Inggit Garnasih.

Masih sedikit yang tahu bahwa Bung Karno memiliki murid yang ia gembleng sejak remaja bernama Asmara Hadi. Meskipun banyak yang belum familier, kiprahnya tak bisa dianggap sepele. Berdasarkan riset melalui wawancara saksi-saksi sejarah dan penelusuran dokumen-dokumen penting, narasi baru dibuat oleh Aslama Nanda Rizal, bahwa Asmara Hadi adalah pemberi nama dari dasar negara Indonesia; Panca Sila.

Asmara Hadi juga turut berkontribusi besar atas lahirnya karya Bung Karno berjudul “Sarinah”, mulai dari menyusun konsep dan menuliskannya menjadi teks. Tokoh Partai Indonesia (Partindo) ini juga menegaskan garis demarkasi yang mana kaum Marhaenis sejati, dan yang mana kaum Marhaenis gadungan. Buku ini penting bagi pembaca yang punya minat kesejarahan Indonesia, aktivis nasionalis, aktivis Marhaenis, maupun yang mengidolakan Bung Karno.

Bagikan Berita