Himpunan Mahasiswa Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (HM Sejarah FIB UNDIP) menggelar seminar dan diskusi bertajuk “Melihat Posisi Pertahanan Indonesia dalam BRICS: Sejarah Global dan Hubungan Internasional” pada 21 Maret 2025. Acara ini menghadirkan Aslama Nanda Rizal, dosen Sejarah FIB UNDIP, serta Joseph Victor, akademisi Hubungan Internasional dari Kazan Federal University, Rusia, yang juga alumnus S1 HI FISIP UNDIP.

Diskusi ini menjadi langkah awal untuk mendalami peran Indonesia di BRICS, aliansi ekonomi global yang dipelopori oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Indonesia yang baru bergabung dengan BRICS pada akhir tahun lalu kini berada di posisi strategis dalam tatanan global.

Mengapa Indonesia Bergabung dengan BRICS?

Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk membawa Indonesia ke dalam BRICS tentu melalui pertimbangan yang matang. Dalam diskusi ini, para akademisi membahas keuntungan dan tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai anggota baru dalam blok ekonomi tersebut.

Menurut Joseph Victor, hubungan Indonesia dengan negara-negara BRICS sebenarnya telah lama terjalin. Namun, selama ini analisis lebih sering berfokus pada aspek ekonomi dan politik.

Sementara itu, Aslama Nanda Rizal menekankan bahwa bergabungnya Indonesia dalam BRICS berpotensi mengubah paradigma pertahanan dan geopolitik negara.

“Sejarah militer Indonesia tidak hanya tentang perang dan revolusi, tetapi juga bagaimana Indonesia beradaptasi dengan dinamika pertahanan global. Bergabung dalam BRICS tentu akan memengaruhi strategi pertahanan kita ke depan,” ungkap Aslama.

Dampak BRICS terhadap Pertahanan Indonesia

Selain aspek ekonomi dan diplomasi, diskusi ini juga membahas pengaruh BRICS terhadap pertahanan nasional Indonesia. Salah satu topik yang menarik perhatian adalah kerja sama militer Indonesia dengan negara-negara BRICS.

Beberapa waktu lalu, Indonesia dan Rusia telah mengadakan latihan militer maritim ORRUDA, yang menjadi langkah awal dalam memperkuat hubungan pertahanan. Ke depan, bukan tidak mungkin Indonesia akan lebih aktif dalam kerja sama pertahanan dengan negara-negara BRICS lainnya.

HM Sejarah FIB Undip gelar seminar dan diskusi bertajuk "Melihat Posisi Pertahanan Indonesia dalam BRICS: Sejarah Global dan Hubungan Internasional" pada 21 Maret 2025.

HM Sejarah FIB Undip gelar seminar dan diskusi bertajuk “Melihat Posisi Pertahanan Indonesia dalam BRICS: Sejarah Global dan Hubungan Internasional” pada 21 Maret 2025.

Menjaga Sikap Bebas Aktif dalam Diplomasi Global

Salah satu poin penting dalam diskusi ini adalah bagaimana Indonesia tetap mempertahankan prinsip Bebas Aktif dalam kebijakan luar negerinya.

Joseph Victor menegaskan bahwa bergabung dengan BRICS tidak berarti Indonesia harus berpihak pada satu blok tertentu. Sebaliknya, Indonesia dapat memanfaatkan posisinya untuk menjaga keseimbangan dalam politik global.

Dukungan dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya Undip

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap seminar dan diskusi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sejarah FIB UNDIP. Menurutnya, kajian sejarah global dalam konteks hubungan internasional sangat penting untuk memahami posisi strategis Indonesia di panggung dunia, termasuk dalam keanggotaannya di BRICS.

“Kegiatan ini sangat relevan dengan perkembangan dunia saat ini. Kajian sejarah tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga membantu kita memahami pola-pola geopolitik dan strategi diplomasi di masa depan. Indonesia telah memiliki hubungan historis yang kuat dengan negara-negara BRICS, dan diskusi ini bisa menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk mengkaji lebih dalam peran sejarah dalam menentukan arah kebijakan nasional,” ujarnya.

Diskusi ini menegaskan bahwa keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS bukan sekadar langkah ekonomi, tetapi juga berdampak pada diplomasi, pertahanan, dan strategi geopolitik Indonesia di masa depan.

Dengan memahami relasi historis dan pendekatan hubungan internasional, Indonesia dapat mengambil langkah yang tepat dalam mengelola keanggotaan BRICS agar tetap selaras dengan kepentingan nasional dan prinsip Bebas Aktif yang telah lama dianut.

Acara ini pun menjadi pemantik diskusi lebih luas mengenai masa depan Indonesia dalam kancah internasional. Ke depan, diharapkan kajian akademis seperti ini dapat terus berlanjut untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang peran Indonesia di dunia global.

Bagikan Berita