Membangun Sikap Mental “Smart and Wise” di Era Digital: Kontribusi Filsafat dalam Kehidupan Modern

Pendapat Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum. (widisusenoiriyanto@yahoo.co.id) 

Filsafat seringkali dipersepsikan sebagai disiplin ilmu yang abstrak dan jauh dari kehidupan praktis. Padahal, filsafat memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk cara berpikir yang kritis, rasional, dan bijaksana. Dalam menghadapi dinamika kehidupan modern, terutama di era digital yang penuh dengan arus informasi dan perkembangan teknologi yang pesat, filsafat menjadi semakin relevan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan yang matang dan bertanggung jawab.

Di tengah tantangan tersebut, bagaimana filsafat dapat membentuk pola pikir yang cerdas (smart) dan bijaksana (wise)? Untuk menjawab pertanyaan ini, Tim Humas Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) berkesempatan mewawancarai Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum., Guru Besar di bidang Filsafat FIB Undip.

Hakikat Filsafat dan Urgensinya dalam Kehidupan

Menurut Prof. Iriyanto, filsafat adalah disiplin ilmu yang mengkaji suatu permasalahan secara mendalam dari sudut pandang yang fundamental.

“Filsafat bukan sekadar teori yang kompleks, tetapi sebuah metode berpikir yang memungkinkan kita memahami esensi dari suatu persoalan. Setiap individu, secara tidak langsung, telah berfilsafat dalam kehidupannya, terutama ketika mereka mempertanyakan suatu fenomena atau mencari kebenaran dalam pengambilan keputusan,” jelasnya.

Dengan kata lain, filsafat mengajarkan cara berpikir yang tidak hanya rasional, tetapi juga reflektif dan sistematis. Hal ini sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital, di mana informasi yang beredar tidak selalu valid dan sering kali mengandung bias.

Filsafat dalam Konteks Kemajuan Teknologi

Perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, dalam beberapa kasus, teknologi justru disalahgunakan atau dimanfaatkan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai moral dan etika.

“Pada hakikatnya, teknologi diciptakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, mencerdaskan masyarakat, serta memperkuat eksistensi manusia dalam peradaban. Namun, dalam perkembangannya, terdapat kecenderungan bahwa pemanfaatan teknologi sering kali bergeser dari tujuan ontologisnya,” ungkap Prof. Iriyanto.

Karena itu, sangat penting bagi individu untuk memiliki pola pikir yang cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan teknologi agar tetap sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Tiga Pilar Berpikir Filosofis sebagai Landasan Sikap Mental

Prof. Iriyanto menjelaskan bahwa filsafat dapat melatih seseorang untuk berpikir dengan lebih sistematis dan objektif. Ada tiga aspek utama dalam berpikir filosofis yang dapat membantu individu membangun sikap mental yang smart and wise:

1. Berpikir Esensial: Memahami Hakikat Suatu Permasalahan

Salah satu kemampuan yang diajarkan dalam filsafat adalah berpikir esensial, yaitu kemampuan untuk memahami suatu masalah hingga ke akar persoalannya.

“Banyak individu hanya melihat fenomena dari permukaannya tanpa menyelidiki inti permasalahan secara mendalam. Akibatnya, solusi yang diambil sering kali bersifat sementara dan tidak menyelesaikan masalah secara fundamental,” ujar Prof. Iriyanto.

Sebagai contoh, dalam era digital yang dipenuhi dengan informasi yang cepat menyebar, berpikir esensial membantu seseorang untuk memilah dan menganalisis informasi dengan lebih kritis sebelum menyimpulkan atau menyebarkannya lebih lanjut.

2. Berpikir Komprehensif: Melihat dari Berbagai Sudut Pandang

Filsafat juga mengajarkan pentingnya berpikir secara komprehensif, yaitu melihat suatu persoalan dari berbagai perspektif agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengambilan keputusan.

“Setiap fenomena memiliki banyak dimensi yang saling berkaitan. Oleh karena itu, dalam memahami suatu permasalahan, kita harus mampu melihatnya secara menyeluruh, tidak hanya dari satu sisi saja,” jelasnya.

Pendekatan ini sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan sosial, politik, maupun ekonomi, di mana sering kali terdapat berbagai kepentingan yang harus dipertimbangkan secara bijaksana.

3. Berpikir Normatif: Mengutamakan Prinsip Moral dan Etika

Setiap keputusan yang diambil oleh individu maupun institusi tidak terlepas dari aspek etika dan norma sosial yang berlaku.

“Tidak ada keputusan yang diambil dalam ruang hampa. Setiap tindakan memiliki konsekuensi moral, sehingga dalam mengambil keputusan, kita perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar,” ungkapnya.

Pendekatan normatif ini sangat penting dalam dunia bisnis, politik, dan hukum, di mana keputusan yang diambil harus mempertimbangkan nilai-nilai keadilan dan kepentingan bersama.

Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum., Guru Besar di bidang Filsafat FIB Undip.

Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum., Guru Besar di bidang Filsafat FIB Undip.

Peluang Karier bagi Lulusan Filsafat

Selama ini, terdapat anggapan bahwa lulusan filsafat hanya memiliki prospek karier di bidang akademik. Padahal, keterampilan berpikir kritis dan analitis yang diperoleh dalam studi filsafat sangat dibutuhkan di berbagai sektor profesional.

Beberapa peluang karier yang dapat ditekuni oleh lulusan filsafat antara lain:

  1. Analis Data (Data Analyst) – Kemampuan dalam menganalisis pola dan tren berdasarkan data sangat diperlukan dalam dunia bisnis dan teknologi.
  2. Konsultan Pemasaran (Marketing Consultant) – Memahami pola pikir konsumen dan dinamika pasar untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif.
  3. Konsultan Riset (Research Consultant) – Membantu perusahaan atau lembaga dalam melakukan penelitian dan analisis kebijakan.
  4. Dosen/Profesor – Mengajar dan membimbing mahasiswa dalam mengembangkan pola pikir yang kritis dan rasional.
  5. Jurnalis – Menulis dan melaporkan berita dengan pendekatan analitis yang mendalam dan objektif.
  6. Manajer Sumber Daya Manusia (Human Resources Manager) – Menganalisis karakter individu serta merancang kebijakan SDM yang adil dan efektif.
  7. Penulis – Menyusun buku, artikel, atau esai yang mengangkat isu-isu sosial, politik, dan budaya dengan pendekatan filosofis.

Dukungan dari Fakultas Ilmu Budaya Undip

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., turut menyampaikan apresiasi atas kajian yang disampaikan oleh Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum. Menurutnya, filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola pikir yang kritis dan bijaksana di tengah tantangan era digital.

“Kami sangat mendukung pengembangan kajian filsafat, terutama dalam membangun sikap mental yang cerdas dan bijaksana. Kemampuan berpikir yang analitis dan reflektif merupakan keterampilan esensial yang harus dimiliki mahasiswa FIB Undip agar mampu berkontribusi secara positif di berbagai bidang. Kami menyambut baik segala upaya yang dapat membantu mahasiswa mengasah keterampilan intelektualnya demi masa depan yang lebih baik,” ujar Prof. Alamsyah.

Filsafat sebagai Panduan dalam Kehidupan Modern

Melalui wawancara ini, Prof. Iriyanto menegaskan bahwa filsafat bukan hanya sebatas teori akademik, tetapi juga metode berpikir yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan membiasakan diri berpikir esensial, komprehensif, dan normatif, seseorang dapat menjadi individu yang lebih cerdas dan bijaksana dalam menghadapi tantangan zaman.

“Jika para pemimpin dan pembuat kebijakan memiliki cara berpikir filosofis, mereka akan mampu memahami permasalahan bangsa dengan lebih objektif dan memberikan solusi yang adil serta berlandaskan kepentingan bersama,” tutupnya.

Di era globalisasi yang semakin kompleks, filsafat tidak hanya menjadi cabang ilmu yang membahas teori-teori abstrak, tetapi juga menjadi panduan dalam mengambil keputusan yang lebih rasional, etis, dan berdampak positif bagi masyarakat.

Bagikan Berita