Mengupas Linguistik Mikro: Bahasa, Identitas, dan Masa Depannya
Pendapat Prof. Dr. Drs. Agus Subiyanto, M.A. (agussubiyanto@live.undip.ac.id)
Pernahkah Anda berpikir bagaimana bahasa terbentuk? Mengapa ada kata-kata baru seperti WhatsApp dan Instagram yang kini lazim digunakan? Atau bagaimana bahasa bisa mencerminkan identitas sebuah komunitas? Untuk menjawab pertanyaan ini, Tim Humas FIB Undip berbincang dengan Prof. Dr. Drs. Agus Subiyanto, M.A., seorang pakar linguistik mikro yang sudah lama meneliti struktur bahasa dan penggunaannya dalam masyarakat.
Apa Itu Linguistik Mikro?
Menurut Prof. Agus, linguistik mikro adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji struktur internal suatu bahasa, meliputi:
- Fonologi – Ilmu tentang bunyi bahasa, misalnya mengapa suara yang kita ucapkan bisa membentuk makna.
- Morfologi – Studi tentang pembentukan kata, seperti bagaimana kata baru muncul dalam suatu bahasa.
- Sintaksis – Cara menyusun kata menjadi kalimat yang bermakna.
- Semantik – Ilmu tentang makna kata dan hubungan antar kata dalam suatu bahasa.
“Saya meneliti linguistik mikro dengan pendekatan linguistik generatif, yaitu pendekatan modern yang menelaah bagaimana bahasa berkembang dan bisa diterapkan dalam berbagai konteks,” kata Prof. Agus.
Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari: Studi di Pecinan
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan identitas dan budaya. Prof. Agus meneliti landscape linguistik di wilayah Pecinan di beberapa kota seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya. Hasilnya menarik:
- Di Semarang dan Surabaya, papan nama toko atau restoran sering mencampurkan bahasa Jawa dengan bahasa lain.
- Di Jakarta, tidak ditemukan penggunaan bahasa Betawi dalam papan nama, padahal Betawi adalah bahasa daerahnya.
- Di Pecinan, terjadi kontestasi bahasa, di mana bahasa Mandarin, Indonesia, Inggris, dan bahkan Jepang digunakan secara berdampingan.
“Fenomena ini menunjukkan bagaimana komunitas Tionghoa menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka, menciptakan akulturasi budaya yang menarik,” ungkapnya.

Prof. Dr. Drs. Agus Subiyanto, M.A.
Dukungan dari Dekan FIB Undip
Kajian tentang linguistik mikro dan landscape linguistik ini mendapatkan dukungan penuh dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum.
Menurut Prof. Alamsyah, penelitian ini sangat penting untuk memahami bagaimana bahasa berkembang dalam suatu komunitas dan bagaimana bahasa bisa menjadi alat utama dalam mempertahankan identitas budaya.
“Kami sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prof. Agus. Kajian linguistik mikro tidak hanya berdampak pada teori bahasa, tetapi juga bisa digunakan untuk memahami dinamika sosial dan budaya di masyarakat. Dengan penelitian ini, kita bisa melihat bagaimana bahasa berperan dalam akulturasi budaya, terutama di komunitas seperti Pecinan dan Kampung Arab di Jawa,” ujarnya.
Selain itu, Prof. Alamsyah juga menekankan bahwa penelitian ini bisa menjadi acuan bagi kebijakan bahasa di ruang publik, sehingga pemerintah dan masyarakat bisa lebih sadar akan pentingnya pelestarian bahasa dalam identitas nasional.
Tantangan Linguistik Mikro ke Depan
Dunia linguistik mikro terus berkembang. Salah satu fokus ke depan adalah menyelamatkan bahasa-bahasa yang hampir punah.
“Bahasa bisa punah jika tidak ada lagi penuturnya. Indonesia sendiri sudah kehilangan banyak bahasa daerah. Makanya, tugas kita sebagai peneliti adalah mendokumentasikan bahasa-bahasa tersebut sebelum benar-benar hilang,” ujar Prof. Agus.
Selain itu, penelitian linguistik kini juga berusaha menemukan pola universal dalam bahasa. Ini bertujuan agar temuan linguistik tidak hanya berlaku untuk satu bahasa, tetapi bisa diterapkan dalam berbagai bahasa di dunia.
Lulusan Linguistik Mikro Bisa Jadi Apa?
Banyak yang berpikir bahwa lulusan linguistik hanya bisa menjadi dosen atau peneliti. Namun, Prof. Agus menegaskan bahwa ada banyak peluang lain, seperti:
- Editor dan konsultan bahasa, di media dan penerbitan.
- Pekerja di kedutaan, dalam hal ini yang menangani komunikasi antarnegara.
- Negosiator dan politisi, dalam hal ini yang memahami kekuatan bahasa dalam persuasi.
- Pengusaha dan profesional, dalam hal ini yaitu terkait pemanfaatan ilmu bahasa pada strategi pemasaran dan branding.
“Ilmu linguistik itu luas. Lulusan linguistik bisa bekerja di mana saja, asalkan bisa memanfaatkan ilmunya dengan baik,” katanya.
Linguistik mikro bukan hanya sekadar teori, tetapi memiliki dampak nyata dalam kehidupan kita. Dari memahami cara bahasa terbentuk, bagaimana bahasa berkembang, hingga bagaimana ia memengaruhi identitas suatu komunitas, semua itu bisa dikaji dalam linguistik mikro.
Ke depan, Prof. Agus berencana meneliti landscape linguistik di Kampung Arab di Jawa, membandingkan pola bahasa dengan komunitas Tionghoa yang sudah ia teliti sebelumnya. Penelitian ini diharapkan semakin memperkaya pemahaman kita tentang hubungan antara bahasa, budaya, dan masyarakat di Indonesia.
“Bahasa adalah cerminan budaya. Semakin kita memahaminya, semakin kita bisa menghargai keberagaman yang ada di sekitar kita,” tutup Prof. Agus.