Pandangan Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum. Terhadap Kiprah RM. Margono Djojohadikusumo: Tokoh Multidimensi Pendiri BNI
Tokoh sejarah nasional RM. Margono Djojohadikusumo memiliki kontribusi luar biasa dalam membangun fondasi ekonomi dan pemerintahan Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, dalam refleksi akademiknya terhadap peran besar Margono dalam sejarah bangsa.
Siapa RM. Margono Djojohadikusumo?
Margono dikenal sebagai pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946, yang saat itu menjadi bank sentral pertama setelah Indonesia merdeka. Namun, perannya tak hanya terbatas di sektor perbankan. Ia juga dikenal sebagai peletak dasar sistem koperasi nasional, diplomat andal, dan pemikir kritis yang aktif menulis tentang isu-isu strategis kebangsaan.
Apa Kata Prof. Dr. Alamsyah?
Menurut Prof. Dr. Alamsyah, Margono adalah figur yang multidimensional, dengan dedikasi tinggi terhadap kemandirian ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
“RM. Margono Djojohadikusumo bukan hanya seorang ekonom dan birokrat, tetapi juga intelektual sejati. Peran beliau sangat penting dalam merintis kebijakan ekonomi nasional yang mandiri dan pro-rakyat,” tutur Prof. Alamsyah.
Peran Margono di Bidang Ekonomi dan Perbankan
Selama masa penjajahan hingga awal kemerdekaan, Margono memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi ekonomi rakyat. Pengalamannya bekerja di Volkscredietwezen, sebuah lembaga kredit rakyat era kolonial, memperkaya perspektifnya tentang ekonomi kerakyatan.
Ketika Indonesia menghadapi Agresi Militer Belanda II, Margono turut menyelamatkan cadangan devisa negara dengan menjual emas BNI ke Makau dan menjajaki ekspor komoditas strategis seperti panili ke pasar internasional. Langkah ini terbukti krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional saat negara sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Pandangan Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum. Terhadap Kiprah RM. Margono Djojohadikusumo
Kontribusi Margono dalam Dunia Politik dan Pemerintahan
Margono juga aktif dalam kancah politik. Ia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada tahun 1945 dan ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
Sebagai sosok yang menjunjung nilai demokrasi, ia turut mengusulkan penggunaan Hak Angket di DPR pada 1950-an untuk menyelidiki kebijakan devisa pemerintah. Tindakan ini mencerminkan komitmen Margono terhadap transparansi dan akuntabilitas pemerintahan.
Margono sebagai Intelektual dan Penulis
Tak hanya aktif di bidang ekonomi dan politik, Margono juga dikenal sebagai penulis produktif. Karya-karyanya seperti “Sepuluh Tahun Koperasi (1930–1940)” dan “Reminiscences from Three Historical Periods” menjadi referensi penting dalam kajian sejarah sosial-ekonomi Indonesia.
Tulisan-tulisannya di berbagai surat kabar menyoroti kebijakan negara dan memberi alternatif pemikiran yang tetap relevan hingga kini. Ia adalah sosok yang konsisten menyuarakan gagasan pembangunan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Mengapa Kiprah Margono Masih Penting Hari Ini?
Prof. Dr. Alamsyah menekankan bahwa warisan pemikiran dan institusi yang dibangun Margono masih berdampak luas hingga saat ini. Ia tidak hanya mewariskan BNI sebagai lembaga keuangan nasional, tetapi juga mewariskan semangat membangun ekonomi berbasis rakyat dan tata kelola negara yang transparan.
“Generasi muda harus belajar dari semangat dan visi besar Margono. Ia adalah simbol nasionalisme yang bekerja dalam diam namun berdampak nyata bagi bangsa,” jelas Prof. Alamsyah.
Kiprah RM. Margono Djojohadikusumo membuktikan bahwa pembangunan bangsa tidak hanya dilakukan melalui kekuatan politik semata, tetapi juga lewat pemikiran cerdas, tindakan konkret, dan dedikasi jangka panjang. Sebagai tokoh sejarah yang telah membuka jalan bagi sistem keuangan dan politik Indonesia yang modern, Margono layak dikenang dan diteladani oleh generasi penerus bangsa.