FIB Undip dan Pesona Sastra Jepang: Jelajahi Teori Psikologi, Magang hingga Bekerja di Negara Sakura
Pendapat: Budi Mulyadi, S.Pd., M.Hum. (budi.mulyadi09@gmail.com)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB Undip) tak henti menghadirkan sosok inspiratif dari jajaran dosennya. Salah satunya adalah Budi Mulyadi, S.Pd., M.Hum., Dosen Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang yang dikenal memiliki kepakaran dalam bidang Sastra Jepang. Tim Humas FIB Undip berkesempatan mewawancarai beliau secara eksklusif untuk mengulik lebih dalam tentang dunia sastra Negeri Sakura dan pengaruhnya di masa kini.
Fokus Kajian: Psikologi Sastra dan Ekokritik
Dalam wawancara ini, Budi Mulyadi menyampaikan bahwa fokus keilmuannya adalah pada analisis sastra Jepang, terutama yang berkaitan dengan psikologi sastra dan cabang turunannya, yaitu ekokritik. “Biasanya kalau ada mahasiswa yang ingin menulis skripsi tentang psikologi sastra, saya yang membimbing,” ujar beliau.
Dengan pendekatan psikologis, sastra tidak hanya dibaca sebagai karya seni, tapi juga sebagai cermin dinamika batin, sosial, dan lingkungan. Pendekatan ini membuka wawasan baru dalam mengkaji makna-makna tersembunyi dari karya sastra Jepang, mulai dari yang klasik hingga kontemporer.
Mengapa Sastra Jepang Penting untuk Dipelajari?
Menurut Budi Mulyadi, Sastra Jepang memiliki posisi istimewa di kancah dunia. Banyak sastrawan Jepang telah meraih Nobel Sastra, membuktikan bahwa karya sastra dari negeri ini tak hanya berkualitas tinggi tetapi juga memiliki daya saing global. “Kalau di Asia, bisa dibilang Sastra Jepang nomor satu. Bahkan mengalahkan China dan Korea dalam hal pengaruh dan pengakuan internasional,” ungkapnya.
Karya sastra Jepang kontemporer seperti animasi, manga, dan drama juga menjadi pintu masuk yang efektif bagi generasi muda untuk mencintai bahasa Jepang. Banyak mahasiswa yang tertarik belajar karena awalnya suka dengan anime atau manga. Ini menjadi bukti nyata bahwa sastra bisa menjadi jembatan budaya yang kuat.
Peluang Lulusan: Kerja di Jepang hingga Menjadi Penerjemah Manga
Lulusan Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang FIB Undip punya banyak peluang karier, baik di dalam maupun luar negeri. “Banyak lulusan kami yang bekerja di Jepang, di hotel, restoran, hingga perusahaan besar. Bahkan, gajinya bisa setara dengan pekerja lokal,” jelas Budi Mulyadi.

Budi Mulyadi, S.Pd., M.Hum.
Dosen Bahasa. Dan Kebudayaan Jepang FIB Undip.
Untuk bisa bekerja di Jepang, mahasiswa disarankan memiliki sertifikat kemampuan bahasa Jepang (JLPT) minimal level N3. Dengan bekal itu, mereka bisa mengakses pekerjaan dengan gaji antara 15 hingga 20 juta rupiah per bulan. Bukan hanya itu, ada juga lulusan yang bekerja sebagai penerjemah anime dan manga, desainer animasi lepas, atau bahkan menjadi konten kreator bertema kebudayaan Jepang.
Program Magang dan Pertukaran ke Jepang
FIB Undip juga rutin mengirimkan mahasiswa untuk magang atau pertukaran pelajar ke Jepang. “Selama ini sudah lebih dari 50 mahasiswa kami yang berangkat ke Jepang. Mereka intensif di sana selama 6 bulan hingga 1 tahun,” tutur beliau. Program ini menjadi bekal penting sebelum mahasiswa lulus dan terjun ke dunia kerja internasional.
Sastra Jepang, Citra Positif FIB Undip
Budi Mulyadi juga menambahkan bahwa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang dikenal luas berkat eksistensinya di berbagai event kampus. “Sastra Jepang menjadi salah satu ikon FIB. Banyak orang mengenal FIB karena aktifnya kegiatan dan prestasi mahasiswa Jepang,” pungkasnya dengan bangga.
Sastra Jepang bukan hanya tentang membaca cerita dari negeri lain. Ia adalah jalan untuk memahami peradaban, empati, kreativitas, hingga membuka kesempatan bekerja dan berjejaring secara global. Bersama dosen-dosen berpengalaman seperti Budi Mulyadi, FIB Undip membuktikan komitmennya dalam mencetak lulusan yang berkualitas dan siap bersaing di dunia internasional.