Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB UNDIP) sukses menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “2 Abad Perang Diponegoro: Inspirasi Semangat Juang Universitas Diponegoro Menatap Masa Depan”. Kegiatan pada 21 Juli 2025 ini menjadi ruang refleksi sekaligus ajakan kepada Civitas akademika dan publik untuk kembali menyelami makna perjuangan Pangeran Diponegoro dalam membentuk jati diri bangsa di tengah tantangan era global. Seminar ini digelar secara hybrid, yakni luring di Ruang Sidang Besar FIB UNDIP dan daring melalui Zoom Meeting. Dengan format ini, peserta dari berbagai kalangan mulai mahasiswa, dosen, dan para peserta lainnya dapat berpartisipasi aktif.
Dalam acara ini Aslama Nanda Rizal, S.Sej., M.Hum., selaku penanggungjawab acara memberikan sambutan sekaligus pengantar materi, MC oleh Atika Kurnia Putri, M.Hum., dan dimoderatori oleh Izmy Khumairoh, S.Ant., M.A.
Membuka Sejarah, Menyuarakan Relevansi
Dua narasumber utama hadir memberikan pemahaman mendalam mengenai perjuangan Diponegoro. Drs. Supriyo Priyanto, M.A., seorang peneliti sejarah yang telah lama menekuni kiprah Pangeran Diponegoro, membahas sisi spiritual, sosial, dan militer sang pahlawan dalam melawan kolonialisme. Ia menekankan bahwa semangat perjuangan Diponegoro tidak lahir dari kekuatan senjata semata, melainkan dari keyakinan moral dan kesadaran spiritual yang kuat.
Sementara itu, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., Guru Besar FIB UNDIP, mengupas nilai-nilai yang bisa dipetik dari sosok Diponegoro, seperti keberanian moral, integritas pribadi, dan kepemimpinan etis. Ia menyoroti pentingnya membawa semangat tersebut ke dalam konteks kekinian, sebagai pijakan dalam menghadapi ketidakpastian dan krisis nilai di era global.
Dekan FIB UNDIP: Saatnya Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan yang Berkarakter
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Dekan FIB UNDIP, Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa UNDIP memiliki tanggung jawab historis dan moral dalam merawat semangat Pangeran Diponegoro. Menurutnya, peringatan dua abad Perang Diponegoro bukan hanya ajang seremonial, tetapi panggilan untuk menanamkan kembali nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan akademik dan sosial.
“Universitas Diponegoro menyandang nama besar seorang pejuang sejati. Ini bukan sekadar nama, tapi amanah. Kita harus menghidupkan semangat juangnya dalam membentuk kepemimpinan masa depan yang berkarakter,” ujar Prof. Alamsyah.

FIB UNDIP Sukses Gelar Seminar 2 Abad Perang Diponegoro pada 21 Juli 2025.
Semangat Diponegoro: Dari Masa Lalu untuk Masa Depan
Menutup sesi seminar, Drs. Supriyo Priyanto, M.A., menegaskan bahwa dua abad jatuhnya Tegalrejo harus dipahami sebagai titik kebangkitan. Menurutnya, Diponegoro adalah simbol yang menyatukan nilai keislaman, kejawaan, dan nasionalisme dalam satu tarikan napas perjuangan.
Prof. Singgih Tri Sulistiyono pun menambahkan bahwa semangat perjuangan Diponegoro tetap hidup dan relevan hingga kini. “Keteguhan prinsip, keberpihakan kepada rakyat, dan kepemimpinan visioner harus kita aktualisasikan dalam menjawab tantangan masa kini. Perjuangan Diponegoro bukan hanya cerita masa lalu, tapi cahaya yang menuntun arah masa depan bangsa,” katanya.
Menjadikan Sejarah sebagai Energi Pembangunan Karakter Bangsa
Melalui seminar ini, FIB UNDIP kembali meneguhkan komitmennya untuk menjadikan sejarah bukan sekadar warisan, tetapi sumber inspirasi yang hidup. Peringatan dua abad jatuhnya Tegalrejo (20 Juli 1825) sebagai awal Perang Jawa dihadirkan bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk membangkitkan kesadaran kolektif akan pentingnya nilai-nilai perjuangan, etika, dan kepemimpinan di tengah derasnya arus globalisasi.
Universitas Diponegoro, dengan semangat dan warisan nama besar Pangeran Diponegoro, terus bergerak membentuk generasi intelektual yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan tanggung jawab moral sebagai agen perubahan bangsa.