FIB UNDIP – Festival Johannes Van der Steur kembali hadir di Kota Magelang untuk keempat kalinya pada tahun 2025. Festival ini digelar untuk memperingati 160 tahun kelahiran Johannes Van der Steur (1865–2025), seorang misionaris asal Belanda yang dikenal karena dedikasinya merawat anak-anak terlantar di Hindia Belanda dengan mendirikan panti asuhan Oranje Nassau di Magelang.
Rangkaian acara festival sudah dimulai sejak 1 Juli 2025 dengan kegiatan bersih-bersih makam. Puncak acara digelar pada Minggu, 3 Agustus 2025, di Lokabudaya Sukimin Adiwiratmoko, Magelang. Pada kesempatan ini, festival menghadirkan berbagai kegiatan mulai dari pameran arsip dan foto, bincang sejarah, hingga pemutaran film dokumenter.
Narasumber dan Bincang Sejarah
Dalam sesi bincang sejarah, beberapa narasumber turut hadir memberikan kontribusi akademis. Airum Mesya Rizki Khoirunisa, alumni Prodi Sejarah Universitas Diponegoro, memaparkan hasil penelitian tugas akhirnya berjudul “Komunitas Kota Toea dan Upayanya Dalam Meningkatkan Kesadaran Sejarah Masyarakat Magelang pada 2008–2015.”
Selain itu, Ilona Victoria dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga menampilkan dokumenter mengenai Sejarah GPIB Beth-El Magelang. Empat mahasiswa aktif Prodi Sejarah Universitas Diponegoro juga turut berpartisipasi dengan topik “Optimalisasi Kompleks Pemakaman Johannes Van der Steur sebagai Objek Wisata Historis.”
Kolaborasi Komunitas Kota Toea dan BOS
Festival Johannes Van der Steur merupakan hasil kolaborasi antara Komunitas Kota Toea Magelang dengan Bond van Oud Steurtjes (BOS), yaitu yayasan mantan anak asuh Johannes Van der Steur yang didirikan di Belanda pada tahun 1970. Sejak awal digelar, festival ini menjadi wadah untuk menjaga ingatan historis sekaligus memperluas pemahaman publik mengenai jejak peninggalan kolonial di Magelang.
Tahun 2025 menjadi momentum istimewa karena festival ini sekaligus menandai peringatan 160 tahun Johannes Van der Steur. Melalui festival ini, diharapkan masyarakat semakin memahami pentingnya pelestarian memori sejarah lokal yang juga menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia.
Mahasiswa Undip Hadirkan Produk Kreatif Bernuansa Sejarah
Partisipasi mahasiswa Universitas Diponegoro menjadi salah satu daya tarik dalam festival tahun ini. Empat mahasiswa Prodi Sejarah FIB Undip yaitu Araya Dhamar Pamungkas, Adhitio Apriansyah, Helda Syafira Dewanti, dan Keisya Dennaya Putri, menghadirkan kajian tentang potensi wisata historis Kompleks Pemakaman Johannes Van der Steur. Kajian ini merupakan hasil dari mata kuliah Manajemen Pariwisata yang mereka ikuti.
Untuk menghidupkan narasi sejarah dengan pendekatan kreatif, para mahasiswa tersebut membuat produk-produk tematik berupa totebag, gantungan kunci, dan kalender duduk. Produk ini tidak hanya berfungsi sebagai souvenir, tetapi juga sebagai media edukasi agar masyarakat dapat lebih dekat mengenal sosok Johannes Van der Steur.
Melalui strategi ini, mereka ingin menunjukkan bahwa tempat yang tampak sunyi seperti kompleks makam sebenarnya menyimpan jejak sejarah yang bernilai edukatif, spiritual, sekaligus kultural. Produk kreatif ini diharapkan bisa menjadi jembatan yang menghubungkan generasi masa kini dengan warisan sejarah lokal Magelang.
Menjaga Jejak Sejarah Lokal untuk Masa Depan
Festival Johannes Van der Steur 2025 bukan hanya peringatan semata, melainkan juga upaya kolektif dalam melestarikan sejarah lokal. Kehadiran mahasiswa dan komunitas di dalamnya menunjukkan bagaimana sejarah bisa dikemas dengan cara yang lebih segar, inklusif, dan dekat dengan masyarakat.
Dengan keterlibatan aktif generasi muda, festival ini tidak hanya memperingati jasa Johannes Van der Steur, tetapi juga mempertegas bahwa sejarah lokal memiliki peran penting dalam memperkaya identitas bangsa.
Liputan Langsung oleh Helda Syafira Dewanti, Mahasiswa Prodi Sejarah Undip Angkatan 2022