FIB UNDIP – Tiga mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang (BKJ), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB Undip), berhasil mencatatkan pengalaman berharga melalui program pertukaran pelajar di University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang.

Mereka adalah Uga Lakskar Perwira Utama (angkatan 2021), Kamelia Marwah Sundari (angkatan 2022), dan Javaira Pradnya Maheldasmara (angkatan 2022).

Ketiganya membagikan kisah inspiratif tentang perjuangan, tantangan, sekaligus pengalaman manis selama menimba ilmu di Negeri Sakura.

Kamelia: Dari Culture Shock hingga Jadi Lebih Mandiri

Kamelia Marwah Sundari, yang akrab disapa Kamel, mengaku termotivasi mengikuti program exchange karena ingin belajar bahasa Jepang langsung dari penuturnya serta memperluas wawasan budaya. Ia memilih University of the Ryukyus karena program RISE (Ryukyu International Student Exchange) membuka kesempatan bagi mahasiswa internasional, ditambah keindahan alam Okinawa yang memikat.

Proses seleksi yang penuh berkas sempat membuat Kamelia merasa lelah. Bahkan saat awal tiba di Jepang, ia mengalami culture shock hingga mendadak blank berbicara dalam bahasa Jepang. Namun, perlahan ia berhasil beradaptasi.

“Perkuliahan di Okinawa bikin saya jadi lebih mandiri. Saya harus masak sendiri, jalan kaki atau naik bus, dan nggak bisa lagi mengandalkan burjo seperti di Semarang. Tapi di sisi lain, pengalaman ini membuat saya lebih kuat,” jelasnya.

Selain belajar di kelas, Kamelia sering diajak teman-temannya bermain ke pantai, hingga berinteraksi dengan orang tua Jepang yang ramah di jalan. Menurutnya, pengalaman enam bulan di Okinawa sangat berharga karena mengajarkan kedisiplinan, kemandirian, serta manajemen waktu.

Javaira: Tampil Membawakan Musik Tradisional Okinawa

Berbeda dengan Kamelia, Javaira Pradnya Maheldasmara justru fokus memperdalam sisi budaya. Ia memilih Okinawa karena wilayah ini kaya akan pertukaran budaya dan dianggap memberi pengalaman unik dibanding kota-kota besar Jepang.

Proses seleksi panjang, mulai dari berkas, wawancara, hingga revisi dokumen, menjadi tantangan tersendiri baginya. Setiba di Jepang, ia juga harus menyesuaikan diri dengan cuaca yang ekstrem, dari dingin ke panas.

Namun, semua terbayar ketika ia bisa bergabung dengan klub penelitian seni pertunjukan tradisional Okinawa. Javaira bahkan pernah tampil di Glocal Festival membawakan musik tradisional menggunakan Sanshin, alat musik khas Okinawa.

“Belajar di kelas budaya dan sejarah Okinawa sangat seru. Kami diminta menguasai materi, lalu menjelaskan ke kelompok lain. Itu melatih komunikasi dan bikin lebih dekat dengan teman-teman,” ceritanya.

Menurut Javaira, pengalaman ini membuatnya lebih peka terhadap perbedaan nilai budaya dan semakin percaya diri untuk menghadapi dunia global.

3 Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang FIB Undip Ceritakan Pengalaman Study Exchange di Negeri Sakura

3 Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang FIB Undip Ceritakan Pengalaman Study Exchange di Negeri Sakura

Uga: Menjadi Lebih Disiplin lewat Perkuliahan dan Kerja Paruh Waktu

Sementara itu, Uga Lakskar Perwira Utama punya motivasi berbeda. Ia ingin memperluas wawasan sekaligus mencari buku-buku untuk menunjang skripsinya. Melalui brosur dari dosen, ia mengetahui adanya program RISE dan langsung tertarik mendaftar.

Proses seleksi dokumen dan wawancara dilalui dengan penuh perjuangan. Tantangan terberat menurutnya adalah adaptasi awal di Jepang, mulai dari urusan asuransi hingga kehidupan di asrama.

Meski begitu, kehidupan kuliah di University of the Ryukyus menurut Uga lebih santai dibanding di Undip. Ia juga aktif mengikuti klub teater dan musikal, bahkan sempat bekerja paruh waktu di perusahaan pindahan rumah.

“Dari semua kegiatan ini, saya belajar disiplin, mandiri, dan kerja keras. Relasi yang saya dapat juga jadi modal penting untuk masa depan,” ungkap Uga.

Bekal untuk Masa Depan

Ketiga mahasiswa FIB Undip sepakat bahwa pengalaman exchange di Okinawa bukan hanya soal belajar bahasa Jepang, tetapi juga pembelajaran hidup. Dari kedisiplinan, kemandirian, hingga kemampuan beradaptasi, semuanya menjadi modal berharga untuk masa depan.

Mereka juga membagikan tips untuk mahasiswa lain yang ingin ikut program serupa dengan aktif mencari informasi, siapkan dokumen dengan teliti, jaga IPK agar memenuhi syarat, serta jangan takut untuk mencoba hal baru.

Dengan semangat tersebut, FIB Undip terus mendorong mahasiswa untuk membuka diri pada pengalaman internasional, memperluas jaringan global, sekaligus membawa pulang nilai-nilai positif dari budaya lain.

Bagikan Berita