Mengupas Antropologi Kependudukan: Dari Gender, Migrasi, hingga Tantangan Isu Global

Pendapat: Dr. Drs. Suyanto, M.Si. (suyantosandiatmo@gmail.com) 

FIB UNDIP – Tim Humas Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB UNDIP) berkesempatan mewawancarai Dr. Drs. Suyanto, M.Si., Ketua Program Studi Antropologi Sosial FIB Undip yang memiliki kepakaran dalam bidang antropologi kependudukan.

Dalam perbincangan ini, beliau memaparkan pandangan menarik tentang kajian kependudukan, relevansinya dengan pembangunan, serta prospek lulusan Antropologi Sosial di masa depan.

Apa Itu Antropologi Kependudukan?

 

Menurut Dr. Suyanto, antropologi kependudukan adalah kajian demografi yang dilihat dari perspektif sosial dan budaya. Fokus utamanya ada pada tiga variabel demografi:

Fertilitas (kelahiran)
Mortalitas (kematian)
Migrasi (mobilitas penduduk)

 

Jika demografi murni hanya melihat hubungan antarvariabel demografi, antropologi kependudukan menjelaskan berbagai variable demografi dari dimensi sosial budaya.

Misalnya, budaya merantau masyarakat Minangkabau, kemiskinan sebagai faktor pendorong migrasi, hingga pola hidup yang memengaruhi tingkat kematian.

Antropologi kependudukan melihat bagaimana budaya, nilai, dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada dinamika kependudukan,” jelasnya.

Gender, Migrasi, dan Isu Global Lainnya

 

Sejak awal 2000-an, Dr. Suyanto banyak meneliti isu gender. Karya akademiknya mulai dari perdagangan anak untuk tujuan seksual, hingga disertasi tentang pola karier dosen perempuan.

Selain itu, migrasi menjadi topik yang konsisten beliau tekuni. Mulai dari tenaga kerja wanita (TKW) yang kini disebut pekerja migran Indonesia (PMI), migrasi lintas batas Negara di Kalimantan Barat ke Sarawak, Malaysia, hingga fenomena pekerja migran di Lombok.

Isu lain yang juga masuk dalam kajian antropologi kependudukan antara lain:

Program keluarga berencana (KB) dan peran laki-laki di dalamnya.
Sektor informal yang banyak menyerap tenaga kerja.
Prostitusi dan kaitannya dengan faktor sosial-ekonomi.
Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), seperti pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender, dan pembangunan berkelanjutan.
Tantangan penduduk lanjut usia (lansia) yang kini menjadi isu serius secara global, terutama di negara-negara dengan laju pertumbuhan penduduk negatif seperti Jepang dan Korea Selatan.

Relevansi Antropologi Kependudukan di Masa Kini dan Mendatang

 

Menurut Dr. Suyanto, kependudukan adalah pusat dari setiap perencanaan pembangunan. Tanpa data kependudukan, pembangunan bisa salah arah.

Contohnya:

Pendidikan: Pendirian sekolah harus mempertimbangkan jumlah anak usia sekolah di wilayah tertentu.
Bisnis: Usaha seperti restoran atau perumahan perlu memperhitungkan jumlah dan kelompok usia penduduk yang potensial menjadi konsumen.
Transportasi: Perencanaan sarana transportasi harus melihat tren pertumbuhan penduduk, agar infrastruktur sesuai kebutuhan.

Setiap kebijakan pembangunan idealnya berbasis data kependudukan. Tanpa itu, pembangunan bisa tidak tepat sasaran,” tegasnya.

Prospek Lulusan Prodi Antropologi Sosial 

 

Bagaimana dengan peluang kerja lulusan Prodi Antropologi Sosial yang fokus pada kependudukan? Dr. Suyanto menegaskan bahwa kompetensi mereka sangat relevan di berbagai bidang.

Lulusan dipersiapkan untuk:

Pemerintahan: Terlibat dalam penyusunan kebijakan berbasis kependudukan.
Swasta: Melakukan riset pasar, studi bisnis, dan analisis tren konsumen berbasis data penduduk.
Lembaga Penelitian: Terlibat dalam berbagai studi yang menyoroti isu-isu demografi dan sosial.

Dengan bekal teori dan metodologi antropologi, para lulusan diharapkan mampu memberikan perspektif yang lebih luas dalam memahami dinamika masyarakat.

Menyongsong Masa Depan dengan Antropologi Kependudukan

 

Di akhir wawancara, Dr. Suyanto menegaskan bahwa Antropologi kependudukan bukan hanya kajian akademik, melainkan bekal penting untuk pembangunan berkelanjutan.

Mulai dari perencanaan sekolah, transportasi, perumahan, hingga bisnis modern semuanya membutuhkan analisis berbasis data penduduk.

Antropologi kependudukan itu sentral. Tanpa memahami penduduk, pembangunan tidakakan berjalan dengan baik,” pungkasnya.

Bagikan Berita