Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB Undip) kembali melanjutkan semangat kolaborasi global di hari kedua gelaran The 3rd International Conference on Culture and Sustainable Development (ICOCAS) 2025. Acara ini berlangsung meriah dan produktif pada 7 Agustus 2025 di Aruss Hotel, Semarang.

Setelah hari pertama sukses membuka konferensi dengan lima pembicara dari berbagai negara dan diskusi paralel sesi 1, hari kedua ICOCAS 2025 diisi dengan rangkaian sesi paralel lanjutan, yaitu sesi 2, 3, dan 4. Tema besar yang diangkat, “The Role of the Humanities in Responding to the Challenges of a Globalized World,” terus menjadi benang merah dalam setiap sesi yang berlangsung.

Diskusi Lintas Disiplin di Sesi Paralel 2

Pagi hari dimulai dengan Parallel Session 2 pukul 08.00–10.00 WIB yang dibagi ke dalam empat ruang, masing-masing dengan tema spesifik dan dipandu moderator dari FIB Undip.

  • Room 1, tema “Speech and Language” dipandu oleh Anindita Fikri Amalia, S.S., M.S. Sesi ini membahas isu-isu linguistik dan perkembangan bahasa dalam konteks globalisasi.
  • Room 2 menyuguhkan topik “Media, Technology and Society” yang dipimpin oleh Fuad Wahyu Prabowo, S.IP., M.A. Diskusi di sini mengeksplorasi bagaimana media dan teknologi membentuk dinamika sosial masyarakat.
  • Room 3 membawa peserta menyelami “Cultural Tourism and Creative Economy” dengan moderator Adelia Hanny Rachman, S.H., M.A. Para peserta mempresentasikan riset mengenai potensi budaya lokal sebagai sumber daya ekonomi kreatif.
  • Room 4 bertemakan “Art, Culture, and Traditions” yang dipandu Bahagio Raharjo, M.A. menjadi ruang diskusi hangat tentang pelestarian seni dan tradisi di era digital.

Berlanjut ke Parallel Session 3 yang Lebih Dinamis

Masih di hari yang sama, pukul 10.00–12.00 WIB, Parallel Session 3 mengambil alih dengan tema-tema yang semakin beragam.

  • Room 1 mengangkat topik “Society, Communication and Literacy” bersama moderator Nur’aini Perdani SP., S.Hum., M.A. yang fokus pada literasi budaya dan komunikasi masyarakat global.
  • Room 2, peserta membedah “Popular Literature and Cultural Products (II)” yang dipandu Sindhy Sintya Mianani, S.S., M.Hum., menggali bagaimana budaya populer membentuk identitas kolektif.
  • Room 3 hadir dengan topik “Comparative Analysis and Cultural Diversity” bersama Zietha Arlamanda Asri, S.Hum., M.A., yang membahas keberagaman budaya dan studi perbandingan lintas negara.
  • Room 4 membahas tema “Identity, Politics and Society” dengan moderator Khoridatun Nayyiroh, yang mengajak peserta berpikir kritis soal relasi antara identitas budaya dan dinamika politik.
ICOCAS 2025 Hari Kedua

ICOCAS 2025 Hari Kedua

Menutup Hari dengan Sesi Paralel 4 yang Reflektif

Menjelang sore, pukul 13.00–15.00 WIB, Parallel Session 4 menjadi penutup yang tidak kalah menarik. Tema-tema yang diangkat lebih reflektif dan menyentuh aspek kehidupan sosial dan sejarah.

  • Room 1 bertema “Psychosocial and Emotions” dipandu Yuniardi Fadilah, S.S., M.A., membahas peran emosi dan psikososial dalam dinamika budaya.
  • Room 2, topik “History and Nationalism” dibahas bersama moderator Fitrilya Anjarsari, S.S., M.A., menghadirkan perspektif baru tentang nasionalisme di era global.
  • Room 3 mengangkat isu “Environment and Cultural Development” yang dimoderatori oleh Eko Rahmanto, S.Hum., M.Si., mengaitkan pelestarian lingkungan dengan identitas budaya.
  • Room 4 ditutup dengan tema “Maritime & Coastal Community” oleh Suryani, M.A., yang membahas potensi dan tantangan komunitas pesisir dalam mempertahankan budaya lokal mereka.

Kolaborasi Internasional yang Terus Berlanjut

Dengan hadirnya berbagai akademisi, peneliti, dan mahasiswa dari dalam maupun luar negeri, hari kedua ICOCAS 2025 sukses menjadi ruang bertukar gagasan lintas budaya dan lintas disiplin.

Setiap sesi paralel menjadi bukti nyata bahwa humaniora masih sangat relevan untuk menjawab tantangan global, mulai dari perubahan sosial, perkembangan teknologi, hingga pelestarian budaya lokal.

Semangat kolaborasi dan diskusi di ICOCAS 2025 bukan hanya memperkaya wawasan akademik, tetapi juga memperkuat jejaring antarnegara demi masa depan yang berkelanjutan dan lebih manusiawi.

Bagikan Berita