Acara PAEI INSIDER: Pengenalan Epigrafi bagi Mahasiswa Rumpun Sosial Humaniora dilaksanakan di Gedung Art Center FIB Undip pada Jumat, 14 Maret 2025, pukul 09.00-11.00 WIB. Acara kuliah umum ini bertujuan untuk memperkenalkan ilmu epigrafi kepada mahasiswa FIB Undip, khususnya dari Program Studi Sejarah dan Sastra Indonesia.
Pengenalan Epigrafi dan Peran PAEI
Acara ini menghadirkan dua narasumber ahli di bidang epigrafi, yaitu:
- Dr. Siti Maziyah, M.Hum. (Dosen FIB Undip dan bagian dari PAEI Komda Jateng)
- Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T. (Epigrafer PAEI Komda Jateng)
Dalam pemaparan pertamanya, Dr. Siti Maziyah menjelaskan peran Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) dalam penelitian prasasti di Indonesia. PAEI, yang didirikan pada 29 Maret 2000, sebelumnya dikenal sebagai Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI). Organisasi ini berkedudukan di Jakarta dengan beberapa komisariat daerah (Komda) di berbagai wilayah, termasuk Jawa Tengah, Sumatra-Kalimantan, Jawa Barat, dan Bali-Nusa Tenggara-Sulawesi.

Dr. Siti Maziyah, M.Hum. (Dosen FIB Undip dan bagian dari PAEI Komda Jateng).
Epigrafi adalah ilmu dalam arkeologi yang mempelajari aksara kuno yang terdapat pada prasasti serta menafsirkan maknanya. Prasasti adalah tulisan yang dibuat pada media keras seperti batu, logam, tanduk kerbau, bambu, atau kayu, yang mengandung informasi penting mengenai sejarah suatu peradaban.
Dr. Siti Maziyah menekankan bahwa epigrafi memiliki peran penting dalam mengungkap sejarah Indonesia, sekaligus membantu memperbaiki perspektif dunia tentang peradaban Nusantara. Sejak tahun 1970-an, penelitian epigrafi semakin berkembang dan berkontribusi pada identitas budaya Indonesia.
Fotogrametri dalam Pendokumentasian Cagar Budaya
Sesi berikutnya dibawakan oleh Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T., yang merupakan Epigrafer PAEI Komda Jateng. Beliau mengangkat topik Fotogrametri dan Pengolahan Citra dalam Pendokumentasian Cagar Budaya. Fotogrametri adalah teknik dalam memperoleh informasi geometri objek melalui pemotretan digital.
Dalam dokumentasi cagar budaya, teknik ini sangat bermanfaat karena memungkinkan pengambilan citra 3D dari prasasti atau benda bersejarah lainnya tanpa kontak langsung, sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan fisik.

Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T. (Epigrafer PAEI Komda Jateng).
Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T., menjelaskan bahwa proses fotogrametri melibatkan pengambilan gambar dari berbagai sudut yang kemudian diproses menggunakan perangkat lunak khusus untuk menghasilkan model digital tiga dimensi. Model ini dapat digunakan untuk keperluan penelitian, rekonstruksi digital, hingga pameran museum.
Pada sesi praktik, mahasiswa diperkenalkan dengan aplikasi Kiri Engine, yang digunakan untuk melihat detail tulisan pada benda-benda arkeologi secara digital.
Dukungan dari Dekan FIB Undip
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Undip, Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini.
“Kami sangat mendukung kegiatan yang memperkaya wawasan mahasiswa dalam bidang epigrafi dan dokumentasi cagar budaya. Kolaborasi dengan PAEI ini membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami lebih dalam tentang sejarah dan warisan budaya bangsa,” ujar Prof. Alamsyah.
Harapan dan Manfaat bagi Mahasiswa

Acara PAEI INSIDER: Pengenalan Epigrafi bagi Mahasiswa Rumpun Sosial Humaniora dilaksanakan di Gedung Art Center FIB Undip pada Jumat, 14 Maret 2025.
Dengan adanya pengenalan epigrafi dan teknik fotogrametri, mahasiswa diharapkan semakin memahami pentingnya pelestarian sejarah melalui penelitian prasasti. Selain itu, teknik digitalisasi yang diperkenalkan dalam sesi ini dapat menjadi bekal keterampilan bagi mahasiswa dalam menghadapi tantangan akademik dan profesional di bidang sejarah, arkeologi, dan budaya.
Acara ini menegaskan bahwa ilmu epigrafi tidak hanya berkaitan dengan sejarah, tetapi juga teknologi modern yang membantu dalam pelestarian warisan budaya Indonesia.