Belajar Sejarah Pers: Kunci Memahami Budaya, Ekonomi, dan Politik dari Masa ke Masa

Pendapat Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A.(dyuliati8@gmail.com) 

Tim Humas Fakultas FIB Undip baru-baru ini berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A., seorang pakar Sejarah Pers. Dalam wawancara tersebut, Prof. Dewi mengungkapkan pentingnya mempelajari sejarah pers, terutama dalam konteks media cetak, untuk memahami perjalanan budaya, ekonomi, dan politik suatu bangsa.

Meskipun saat ini istilah “pers” telah meluas mencakup media elektronik seperti televisi dan radio, fokus utama kajian sejarah pers tetap tertuju pada media cetak. ” Sejarah pers adalah ilmu yang meneliti masa lalu tentang pers dan berbagai aspeknya,” jelas Prof. Dewi.

Aspek-aspek yang Dikaji dalam Sejarah Pers

Menurut Prof. Dewi, ada dua aspek utama dalam studi sejarah pers:

  1. Kelembagaan
    Kajian ini berfokus pada lembaga-lembaga pers, seperti perusahaan media dan organisasi wartawan, contohnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
  2. Substansi
    Aspek ini mengkaji isi dari media, yang dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, dan budaya. “Situasi politik pada masa tertentu, seperti masa pemilu atau transisi pemerintahan, akan sangat memengaruhi isi pemberitaan,” tambahnya.

Mengapa Belajar Sejarah Pers itu Penting?

Belajar sejarah pers bukan hanya tentang menghafal tanggal dan peristiwa, tetapi tentang membuka wawasan terhadap dinamika sosial yang membentuk kehidupan masyarakat.

  • Dari sisi budaya, media menjadi cermin dari nilai, norma, dan semangat zaman tertentu.
  • Dari sisi ekonomi, kita melihat bagaimana inovasi dalam teknologi dan perkembangan iklan membentuk industri media.
  • Dari sisi politik, kita bisa memahami bagaimana pers berperan dalam mengawal demokrasi, seperti perbedaan pemberitaan antara Pemilu 1955 dan era Orde Baru.

Prof. Dewi mengutip Mark Twain, “Hanya ada dua hal yang menyinari dunia yaitu matahari di langit dan pers di bumi,” untuk menggambarkan betapa vitalnya peran pers, terutama sebelum dunia mengenal internet.

Evolusi Fungsi Pers dari Masa ke Masa

Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa fungsi pers terus mengalami perubahan:

  • Pers Otoritarian: Pers berada di bawah kendali negara, seperti di zaman feodal Eropa.
  • Pers Libertarian: Pada abad ke-17, pers mulai bergerak bebas dan menjadi bagian dari demokrasi.
  • Pers Komunis: Media menjadi alat negara untuk menyebarkan propaganda.
  • Pers Tanggung Jawab Sosial: Pers bebas tetapi tetap wajib menjaga etika, seperti menghindari penyebaran hoaks.

Di Indonesia sendiri, sejarah pers mengalami pasang surut:

  • Zaman Kolonial Belanda: Pers relatif bebas; sanksi hanya diberikan kepada individu, bukan kepada lembaga.
  • Orde Lama: Banyak media diberedel tanpa dasar hukum yang jelas.
  • Orde Baru: Dikenal dengan sistem SIUP dan SIT, media harus mendapatkan izin untuk terbit, dan banyak diberedel jika kritik dianggap merugikan negara.
  • Era Reformasi: Kebebasan pers meningkat drastis, sejalan dengan berkembangnya demokrasi.
Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A.

Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A.

Belajar Sejarah Pers untuk Masa Kini dan Masa Depan

Prof. Dewi menegaskan, memahami sejarah pers membantu kita membangun kebijakan negara yang lebih adil dan berpihak pada kebebasan berekspresi. Selain itu, sejarah pers memberikan pelajaran tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab sosial dalam media.

“Melalui sejarah pers, kita belajar membedakan model hubungan pers dan negara seperti halnya tentang mana yang membawa kemajuan, dan mana yang justru membungkam suara rakyat,” katanya.

Peluang Karir bagi Lulusan Sejarah Pers

Lulusan yang mempelajari sejarah pers memiliki prospek karir yang beragam. Tidak hanya menjadi jurnalis, mereka juga bisa berkarir sebagai:

  • Pengusaha media, seperti Bonnie Triyana, pendiri Historia.id.
  • Kurator museum, khususnya yang mengelola koleksi sejarah media dan informasi publik.
  • Peneliti, analis media, hingga pekerja kreatif di bidang dokumentasi sejarah atau media digital.

“Belajar sejarah pers adalah investasi jangka panjang. Ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi tentang bagaimana kita membentuk masa depan,” tutup Prof. Dewi.

Belajar sejarah pers, sebagaimana dijelaskan Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A., merupakan kunci penting untuk memahami dinamika budaya, ekonomi, dan politik dari masa ke masa melalui kajian kelembagaan dan substansi media cetak.

Dengan menelusuri perjalanan fungsi pers dari otoritarian hingga era tanggung jawab sosial, kita tidak hanya memahami perubahan hubungan pers dan negara, tetapi juga mendapatkan bekal untuk membangun kebijakan yang lebih demokratis dan berkeadilan.

Selain membuka wawasan sejarah, studi ini juga menawarkan peluang karir yang luas, dari jurnalis, pengusaha media, politisi, budayawan, bidang tourism, hingga kurator museum, menjadikan sejarah pers sebagai investasi ilmu yang berdampak nyata untuk masa kini dan masa depan.

Bagikan Berita