Mengupas Sejarah Asia Tenggara dan Maritim yang Jadi Kunci Masa Depan Indonesia
Pendapat Prof. Dr. Drs. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.
(singgihtrisulistiyono@undip.ac.id)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB Undip) terus menghadirkan tokoh akademik yang tak hanya berpengaruh di dalam negeri, tapi juga relevan dalam konteks global. Salah satunya adalah Prof. Dr. Drs. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., Guru Besar FIB Undip yang dikenal luas atas kepakarannya dalam bidang Sejarah Asia Tenggara dan Sejarah Maritim.
Dalam sebuah wawancara bersama tim Humas FIB Undip, Prof. Singgih menjelaskan bahwa dua bidang utama yang menjadi fokus keilmuannya adalah sejarah Asia Tenggara dan sejarah maritim. Meskipun demikian, ia juga kerap meneliti berbagai aspek sejarah lain sesuai kebutuhan akademik dan sosial masyarakat.
“Kepakaran saya terutama pada dua bidang, yaitu sejarah Asia Tenggara dan sejarah maritim. Tentu, sebagai sejarawan, saya juga mengerjakan topik lain. Tapi dua ini yang utama,” jelas Prof. Singgih.
Mengapa Sejarah Asia Tenggara Penting?
Menurut Prof. Singgih, sejarah Asia Tenggara adalah studi kawasan yang meliputi aspek geografis, kultural, dan sosial dari negara-negara di wilayah Asia Tenggara saat ini. Ia menyayangkan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih terlalu fokus pada sejarah lokal dan nasional, sehingga wawasan mahasiswa terhadap sejarah kawasan maupun global masih sangat terbatas.
“Kalau pun ada kuliah sejarah dunia atau sejarah kawasan, itu baru di permukaan saja. Mahasiswa belum banyak yang diarahkan untuk benar-benar mendalami sejarah kawasan seperti Asia Tenggara,” katanya.
Beliau menambahkan, pemahaman sejarah Asia Tenggara menjadi penting karena Indonesia merupakan bagian integral dari kawasan tersebut, sekaligus pelopor dalam kerja sama regional seperti ASEAN. Dalam konteks global, kawasan ini tetap strategis dan memiliki peran signifikan di masa depan.

Prof. Dr. Drs. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.
Pakar Sejarah Asia Tenggara dan Sejarah Maritim.
Sejarah Maritim dan Urgensinya bagi Indonesia
Tak hanya Asia Tenggara, Prof. Singgih juga menekankan pentingnya sejarah maritim dalam membentuk identitas dan arah pembangunan Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya adalah laut, bangsa Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk menjadi negara maritim.
“Bangsa kita secara geografis dan historis adalah bangsa maritim. Tapi sayangnya, kita masih kurang dalam membangun budaya dan kesadaran maritim,” ucapnya.
Beliau menjelaskan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, semangat menjadikan Indonesia sebagai negara maritim sudah mulai muncul kembali. Namun, hal tersebut masih perlu didukung oleh pemahaman sejarah dan budaya maritim yang kuat.
“Kalau hanya mengeksploitasi laut tanpa memahami budaya dan sejarah maritim, kita hanya jadi negara kepulauan, bukan negara maritim sejati,” tegas Prof. Singgih.
Profil Lulusan: Peluang Karier dan Riset yang Menjanjikan
Bagi mahasiswa yang tertarik mendalami sejarah Asia Tenggara dan maritim, Prof. Singgih menyebut ada banyak peluang yang bisa digapai. Lulusan dengan kompetensi di bidang ini dapat melanjutkan studi ke jenjang S2 atau S3, bekerja sebagai jurnalis, peneliti, akademisi, bahkan diplomat di kementerian luar negeri atau lembaga kerja sama kawasan.
“Kementerian Luar Negeri dan lembaga riset regional masih sangat membutuhkan ahli sejarah Asia Tenggara dari Indonesia. Kita masih kekurangan orang yang benar-benar mendalami Vietnam, Thailand, atau Myanmar, misalnya,” ungkapnya.
Sebaliknya, negara tetangga seperti Malaysia justru banyak mencetak ahli tentang Indonesia. Hal ini, menurut Prof. Singgih, menunjukkan keseriusan mereka untuk memahami Indonesia sebagai bagian dari strategi regional mereka.
“Kalau kita tidak mendalami kawasan ini, kita hanya jadi ‘katak dalam tempurung’. Negara lain belajar tentang kita, tapi kita tidak tahu apa-apa tentang mereka,” tambahnya.
Dengan semangat membuka cakrawala berpikir generasi muda, Prof. Singgih mengajak mahasiswa dan akademisi untuk lebih aktif mengeksplorasi sejarah Asia Tenggara dan sejarah maritim. Dua bidang ini tidak hanya penting secara akademik, tetapi juga strategis untuk masa depan Indonesia sebagai negara besar di Asia Tenggara dan kekuatan maritim dunia.