Mengenal Information Experience: Kepakaran Unik Dosen FIB Undip dalam Dunia Informasi Digital

Pendapat: Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum. (yanuaryoga@lecturer.undip.ac.id)

Di era digital yang serba cepat dan penuh arus informasi seperti sekarang, memahami bagaimana seseorang mengalami, merasakan, dan memaknai informasi menjadi hal yang sangat penting. Inilah yang menjadi fokus kajian Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum., dosen Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (FIB Undip).

Dalam wawancara bersama Tim Humas FIB Undip, Pak Yoga berbagi tentang kepakarannya yang terbilang masih langka di Indonesia yaitu Information Experience atau dalam Bahasa Indonesia disebut Pengalaman Informasi.

Bidang ini bukan hanya membahas bagaimana orang mencari informasi, tapi lebih dalam yaitu bagaimana seseorang mengalami dan merasakan informasi dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Information Experience?

Menurut Pak Yoga, Information Experience adalah pendekatan yang berakar dari metode fenomenologi dan fenomenografi, yang fokus pada pengalaman subjektif seseorang ketika berinteraksi dengan informasi.

“Kalau kita bicara pengalaman, meskipun kamu dan saya mengalami hal yang sama, misalnya dimarahi dosen, tapi yang kita rasakan bisa sangat berbeda. Itulah yang jadi menarik dari pendekatan ini,” ujarnya.

Beliau menjelaskan bahwa dalam ilmu perpustakaan dan informasi, pendekatan seperti ini masih tergolong baru. Umumnya, kajian informasi masih banyak berkutat pada teori-teori klasik seperti Information Seeking Behavior atau Information Behavior. Sementara pendekatan Information Experience membuka ruang untuk melihat sisi yang lebih manusiawi, personal, dan kontekstual dari interaksi manusia dengan informasi.

Konteks Sosial Media dan Risiko Echo Chamber

Pak Yoga juga menyoroti bagaimana konsep Information Experience sangat relevan dalam konteks media sosial saat ini. Salah satunya adalah fenomena echo chamber, di mana pengguna media sosial seperti Instagram, X (Twitter), hingga WhatsApp hanya terpapar informasi yang sesuai dengan preferensinya, akibat algoritma digital.

“Kalau kita suka konten tertentu, algoritma akan menyajikan hal serupa. Lama-lama kita berada dalam gelembung yang membuat kita merasa semua orang setuju dengan kita. Padahal, bisa jadi kita cuma dikelilingi oleh suara-suara yang sama,” ungkapnya.

Hal ini berisiko memperkuat penyebaran hoaks, disinformasi, hingga misinformasi karena pengguna cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengan ‘dunia’-nya.

Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum.Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.

Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum.
Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.

Pendekatan Information Experience untuk Cegah Hoaks: Lebih Personal dan Tepat Sasaran

Salah satu keunggulan pendekatan Information Experience adalah kemampuannya memberikan intervensi yang lebih tepat sasaran, terutama untuk menangkal penyebaran hoaks.

“Misalnya kita ingin bikin gerakan anti-hoaks. Nah, pendekatan Information Experience bisa bantu kita memahami bagaimana informasi palsu itu diterima oleh generasi Gen Z, milenial, atau boomers. Karena pengalaman mereka ketika terpapar informasi itu beda-beda,” jelas Pak Yoga.

Dengan begitu, kampanye atau intervensi bisa dibuat lebih spesifik dan personal sesuai demografi dan karakter pengguna informasi.

Belajar Information Experience di FIB Undip? Bisa Banget!

Selama ini, banyak orang berpikir Prodi Ilmu Perpustakaan hanya belajar tentang buku dan rak. Padahal, FIB Undip menawarkan ruang kajian yang jauh lebih luas, termasuk peminatan pada Information Experience.

“Lulusan kami bisa jadi profesional informasi. Mulai dari pustakawan, pengelola arsip, hingga dokument controller. Tapi kalau mendalami information experience, lulusannya bisa masuk ke banyak bidang, termasuk politik, kesehatan, bahkan media digital,” jelas Pak Yoga.

Beliau menambahkan, pendekatan ini sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk memahami berbagai fenomena sosial, mulai dari pemilu, layanan konsultasi kesehatan online seperti Halodoc, hingga strategi komunikasi organisasi.

Ilmu Informasi Juga Punya Sisi Manusiawi

Wawancara ini membuka mata kita bahwa informasi bukan sekadar data dan dokumen, tapi juga tentang rasa, makna, dan pengalaman manusia. Melalui pendekatan Information Experience, FIB Undip membuktikan bahwa kajian ilmu informasi bisa terus relevan dan kontekstual dengan tantangan zaman.

“Informasi itu bukan cuma soal benar atau salah. Tapi juga soal bagaimana kita mengalaminya, memaknainya, dan meresponsnya,” pungkas Pak Yoga.

Bagikan Berita